Senin, 07 November 2016

pengendalian keuangan


Mata kuliah                                                                           Dosen pembimbing
Akuntansi Keprilakuan                                                        Andi Irfan, SE, M.Sc. Ak                            

TUGAS KELOMPOK
Pengendalian Keuangan
logo1
DISUSUN OLEH :
ADELIA
INDRIANI
ISLAH ULYANA

JURUSAN :AKUNTANSI
SEMESTER/LOKAL: V/C







UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
JURUSAN AKUNTANSI
2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
              Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
  Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Makalah akuntansi keprilakuan tentang pengendalian keuangan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.




   
                                                                                                          Pekanbaru, 25 April 2016
   


                                                                                                                              Penyusun








DAFTAR ISI
Cover.............................................................................................................................................. 1
Kata Pengantar............................................................................................................................. 2
Daftar isi......................................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan...................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Makalah......................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Makalah...................................................................................................................... 5

BAB II Pembahasan.......................................................................................................................6
2.1  Bagaimana memperluas Konsep-konsep Tradisional.................................................................6
2.2  faktor-faktor Kontekstual Konteks.............................................................................................7
2.3  Faktor-Faktor Proses...................................................................................................................12
2.4  Pertimbangan-Pertimbangan Rancangan....................................................................................14
2.5  Antisipasi terhadap Konsekuensi Logis......................................................................................15
2.6  Keterkaitan dengan Teori Agensi................................................................................................16
2.7  Mengelola Perubahan...................................................................................................................17


BAB III PENUTUP...................................................................................................................... 19
Kesimpulan .....................................................................................................................................19












BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
      Pengendalian keuangan merupakan pengendalian yang penting bagi manajer, karena laporan keuangan menyajikan ringkasan kegiatan organisasi dimasa lalu. Manajer, khususnya manajer puncak, berkepentingan terhadap informasi rigkasan itu, karena dia tidak perlu mengetahui kegiatan operasional organisasi. Bab ini membahas pengendalian keuangan meliputi laporan keuangan yang menyajikan ringkasan informasi keuangan masa lampau, dan anggaran yang merupakan alat perencanaan sekaligus alat pengendalian.

Batas-batas akuntansi begitu luas karena teknologi dan tuntutan baru dari para klien yang mencari dukungan akuntansi. Pertumbuhan signifikan pada jasa konsultasi manajemen yang disediakan oleh kantor akuntan publik dan munculnya departemen-departemen baru tentang sistem informasi dalam organisasi merupakan bukti dari tuntutan klien tersebut. Klien membutuhkan dukungan untuk mendesain dan mengimplementasikan sistem pengendalian keuangan. Pembahasan pada modul ini akan befokus pada isu-isu yang berhubungan dengan topik-pengendalian yang mempengaruhi desain dan implementasi sistem pengendalian keuangan. pengendalian keuangan dapat dipahami secara baik melalui penekanan pada pentingnya asu.msiasumsi keperilakuan. Tetapi tidak semua desain pengendalian berhubungan dengan keperilakuan. Aplikasi mekanikal dari pengendalian, seperti halnya pada thermostatyang mengatur suhu ruangan, menekankan umpan balik mekanik daripada respon-respon keperilakuan. Tentu saja, peralatan mekanik dan elektrik serfs metode-metode dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia. Sebuah alarm peringatan telah dipasang sebagai sarana pengaman untuk mencegah kecelakaanatau sebuah desain sistempassword untuk mencegah orang-orang yang tidakberhak dapat menggunakan komputer
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      bagaimana Umpan Balik Mekanikal vs Respon Pengendalian?
2.      Bagaimana memperluas Konsep-konsep Tradisional?
3.      Apa saja faktor-faktor Kontekstual Konteks?
4.      Apa saja Faktor-Faktor Proses?
5.      Bagaiman Pertimbangan-Pertimbangan Rancangan?
6.      Bagaimana Antisipasi terhadap Konsekuensi Logis?
7.      Bagaimana Keterkaitan dengan Teori Agensi?
8.      Bagaimana Mengelola Perubahan?

1.3  TUJUAN PENELITIAN
1.      Untuk mengetahui Umpan Balik Mekanikal vs Respon Pengendalian
2.      Untuk memperluas Konsep-konsep Tradisional
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor Kontekstual Konteks
4.      Untuk mengetahui Faktor-Faktor Proses
5.      Untuk mengetahui Pertimbangan-Pertimbangan Rancangan
6.      Untuk mengetahui Antisipasi terhadap Konsekuensi Logis
7.      Untuk mnegtahui Keterkaitan dengan Teori Agensi
8.      Untuk mengetahui Mengelola Perubahan

1.4 MANFAAT PENELITIAN
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca untuk lebih menambah wawasan nya terutama mengenai  Manajemen Stratejik dan Keberhasilan Usaha.















BAB II
PEMBAHASAN

 2.1 Fungsi keuangan
Walaupun rinciannya bervariasi antarorganisasi, fungsi keuangan yang utama adalah dalam hal keputusan investasi, perhitungan biaya, dan deviden untuk suatu organisasi.Tujuan manajer keuangan adalah untuk merencanakan guna memperoleh dan mengunakan dana, serta memaksimalkan nilai organisasi. Ada beberapa kegiatan yang terlibat yaitu :
1.      Dalam perencanan dan peramalan, manajer keuangan berinteraksi dengan para eksekutif yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan perencanan strategis umum.
2.      Manajer keuangan harus memusatkan kegiatannya kepada keputusan investasi dan perhitungan biaya, serta segala hal yang berkaitan dengannya. Perusahaan yang berhasi biasanya mengalami laju pertumbuhan penjualan yang tinggi, sehingga memerlukan dukungan penambahan investasi. Para manajer keuangan perlu menentukan laju pertumbuhan penjualan yang sebaiknya dicapai dan membuat prioritas atas alternatif investasi yang tersedia.
3.      Manjer keuangan harus bekerjasama dengan para manjer lainya agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin, karena semua keputusan bisnis memiliki dampak keuangan.
4.      Manajer keungan menghubungkan menghubungkan perusahaan dengan pasar uang dan pasar modal, yang merupakan sumber perolehan dana dan tempat surat berharaga perusahaan diperdagangkan.

Jadi tugas pokok manajer keuangan adalah berkaitan dengan keputusan investasi dan perhitungan biaya.dalam melaksanakan fungsinya maka manajer keungan berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan itu sendiri. fungsi keuangan dalam organisasi.
Fungsi keuangan dalam organisasi biasanya dipisahkan menjadi dua jabatan yaitu :

a.       Bendahara
Bendahara bertanggung jawab atas perolehan dan pengamanan data. Tanggung jawab seorang bendahara biasanya terletak pada pengadaan dan pengelolaan uang tunai.meskipun tanggung jawab pembuatan laporan berada di tangan kontroler,bendahara pada umumnya membuat laporan mengenai posisi arus kas harian dan posisi modal kerja , membuat anggaran dan melaporkan informasi arus kas dan informasi uang tunai.

b.      Administrasi pembukuan atau akuntansi ( kontroler )
Bidang tanggungjawab kontroler meliputi akuntansi , pelaporan,dan pengendalian.
Fungsi pokok kontroler adalah mencatat ( recording) dan membuat laporan ( reporting ) mengenai informasi keuangan perusahaan.
Tugas lain dari kontroler adalah menegelolah pengajian, menyusun perhitungan dan pelaporan pajak serta melakukan audit internal.


2.1  Umpan Balik Mekanikal vs Respon Pengendalian
Fokus utama dalam subsistem pengendalian keuangan adalah pada perilaku orangorang dalam organisasi, dan bukan pada mesin. Oleh sebab itu, pengendalian keuangan dapat dipahami secara baik melalui penekanan pada pentingnya asu.msiasumsi keperilakuan. Tetapi tidak semua desain pengendalian berhubungan dengan keperilakuan. Aplikasi mekanikal dari pengendalian, seperti halnya pada thermostatyang mengatur suhu ruangan, menekankan umpan balik mekanik daripada respon-respon keperilakuan. Tentu saja, peralatan mekanik dan elektrik serfs metode-metode dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia.
Sebuah alarm peringatan telah dipasang sebagai sarana pengaman untuk mencegah kecelakaanatau sebuah desain sistempassword untuk mencegah orang-orang yang tidakberhak dapat menggunakan komputer, adalah beberapa contoh yang sudah ada. Contohcontoh ini mempekerjakan sarana-sarana mekanik dan elektrik, tapi tujuan, pengendalian adalah untuk mempengaruhi manusiadaripada untuk memunculkan, respon mesin. Karena menekankanpada respon manusia daripada respon mesin, makasubsisteni dari pengendalian keuangan mendasarkan pemikirannya pada asumsi-asumsi keperilakuan. Tujuan keperilakuan Jalam pengendalian keuangan dapat direkonsifiasi dengan sebuah definisi umum tentang pengendalian. Pada umumnya, pengendalian didefinisikan sebagai sebuai inisiatif yang dipilih karena dipercaya bahwa kemungkinan mendapatkan suatu outcome yang diharapkan akan makin meningkat. Dalam pengendalian keuangan hasilhasil pokok yang diharapkan merupakan peristiwa-peristiwa keperilakuan dan penerapannya
dari masalah-masalah keuangan.
Definisi pengendalian cidasarkan pada konsep "keyakinan" dan "probabilitas". Manajer-manajer memiliki keyakinan tentang cara dunia mereka bekerja den berbagai respon yang mereka harapkan saat sebuah inisiatif dipilih. Outcome keperilakuan dapat diprediksi. Dalam konteks organisasi yang nyata, adalah penting untukmemahami dengan baik hubungan sebabakibat baik terlihat nyata ataupun tidakpada lingkungan yang kompleks. Menetapkan standar yang tinggi di dalam sistemakuntansi biaya, misalnya, tidak menjamin pekerja akan lebih produktif. Demikian juga, pen6rapan sistem akuntansi pertanggung jawaban tidak menjamin manajer akan lebih bertanggungjawab danefektif dalam mengalokasikan sumber berdaya yang dikuasai. Dalam memilih pengendalian keuangan, manajer akan bergantung pada keyakinan dan pengalaman mereka. Outcome keperilakuan yang berhubungan dengan inisiatif-inisiatif pengendalian akan dimengerti dengan lebih realistis dan akurat dalam situasi dimana keyakinan dan taksiran kemungkinan terhadap hal ini daripada hubungan kausal yang naif. Tujuan utamaliteratur akuntansi biasanya menekankan asumsi-asumsi keperilakuan yang pokok dalam pengendalian keuangan. Hal ini dapat dinterpretasikah sebagai evc!usi pemikiran dan perluasan lingkungan yang mempengaruhi akuntansi dan displin akuntansi. Banyak hal yang diperoleh dari penggabungan antara pendekatan perilaku untuk pengendalian dalam akuntansi manajerial dan akuntansi tradisional dengan konsep-konsep nonkeperilakuan dari pengendalian yang ada dalam literatur akuntansi dan auditing. 

2.2 Memperluas Konsep-konsep Tradisional
Konsep pengendalian tradisional da!am akuntansi sering diasumsikan bahwa produksi informasi akuntansi adaJah langkah terakhir dari peran akuntan. Dalam pendekatan keperilakuan terhadap desain dan iniplementasi Gubsistem pengendalian keuangan, angan, menghasilkan informasi bukanlah akhir dari keterlibatan akuntan. Tetapi produksi informasi dapat dilihat sebagai sebuah langkah tengah danbukannya Iangkah akhir. Informasi akuntansi diperlakukan sebagai bagian sebuah desain proses peringatan untuk membantu mengatur organisasi denganmempengaruhi perilaku semua anggota. Tujuan pengendalian didasari keinginan untuk memilih suatu inisiatif yang akan mengubah kemungkinan pencapaian hasil keperilakuan yang diharapkan, dan produksi informasi akuntansi lebih dilihat sebagai serene daripada sebagai sebuah akhir. Saat desain sistem pengendalian telah memenuhi kriteria informasi akuntansi yang
akurat dan dapat diandalkan, penekanannya biasanya ditempatkan pada tujuh faktor berikut ini:
1. Mempekerjakan personel yang akan melaksanakan tanggung jawabnya dengan kompeten dan penuh integritas.
 2. Mengindari fungsi-fungsi yang tidak harmonis dengan cara memisahkan tugas dan tanggungjawab.
 3. Mendefinisikan wewenang yang terkait dengan suatu posisi sehingga kesesuaian dari transaksi-transaksi dilaksanakan dan dapat dievaluasi.
4. Membangun metode sistematis untuk meyakinkan bahwa transaksi-transaksi telah dicatat secara akurat.
5. Memastikan bahwa dokumentasi memadai.
 6. Menjaga aset-aset dengan mendesain berbagai prosedur yang membatasi akses terhadap aset.
7. Mendesain suatu pemeriksaan independen untuk meningkatkan akurasi.

Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan desain pengendalian internal mencerminkan pengalaman dari profesi audit. Pengalaman yang tidak ternilai ini dapat digunakan untuk merancang dan mengimolementasikan sistem pengendaliankeuangan melalui perluasan seperangkat yang dimiliki dari informasi akuntansiuntuk lebih rhengarahkan proses administratif. Istilah 'pengendalian akuntansi'dengan pengamanan asetaset dan peningkatan akurasi dan keandalan informasi akuntansi. Istilah pengendalian administratif dihubungkan dengan peningkatan efisiensi operasi dan kepatuhan kepada kebijakan manajemen. Contoh-contoh dari pengendalian akuntansi termasuk Pemisahan tugas-tugas yang berhubungan dengan pencatatan dan pengendalian fisik terhadap aset; sedangkan laporan kinerja dan pengendalian kualitas merupakan contoh dari pengendalian administratif. Kedua jenis pengendaliatl tersebut, tanpa mempedulikan klasifikasinya, dapat digunakan dalam desain dan implementasi sistempengendalian keuangan untuk mendukung proses adminstratif. Perluasan konsepkonsep tradisional dari pengendalian menyebabkan perluasan lingkup pengendalianakuntansi dan laporan keuangan yang mencakup prosesproses administratif organisasi.
 Perluasan lingkup keterlibatan akuntan terhadap proses akuntansi, tidak dapat disangkal lagi adalah sesuatu yang penting dalam pengendalian akuntansi. Pengetahuan tentang pengendalian akuntansi tradisional dan pengalaman dalam sistem akuntansi merupakan hal yang berharga dan dapat dengan mudah diperluas kedalam aplikasi-aplikasi pengendalian yang lain. Bagaimanapun juga, untuk nwmbuat suatu perluasan yang sukses,
pengetahuan tentang pengendalian akuntansi harus dikombinasikan dengan berbagai sumber pengetahuan untuk mencapai tujuan mempengaruhi perilaku para anggota organisasi melalui penggunaan sinyal-sinyal akuntansi, dalam bagian selanjutnya, hubungan data akuntansi dan pengendalian terhadap proses administratif akan dijelaskan dengan lebih detail.

Pengendalian Terpadu
Secara formal, sistem pengendalian komprehensif merupakansebuah konfigurasi subsistem yangterkait dan formal yang mendukung proses administratif. Untukdapat diformalkan, suatu subsistem pengendalian seharusnya terstruktur dan berkelanjutan, serta didesain dengan sebuah proses yang sesuai untuk mencapai tujuan spesifik. Pendekatan informal adalah sesuatu yang bersifat ad hoc, memiliki tingkat kepribadian yang tinggi dan bertujuan untuk mempertimbangkan variabi!itas. Anggaran, laporan akuntansi, biaya standar, dan pusat pertaoggdngjawaban adalah contohdari pendekatan formal. Norma-norma tak tertulis, manajemen seat-of-thepants dan pengendalian dengan caraintuisimerupakan contoh dari pendekatan formal. Untuk menjadi pengendalian yang komprehensif, suatu sistem pengendalian seharusnya mencakup aktivitas perencariaan, Operasi serta memenuhi fungsi umpan balik. Ketiga face proses administratif dan implikasi oengendaliannya akan didiskusikan dalam sesi berikut. 

Perencanaan
Proses perencanaan dicirikan sebagai perilaku penetapan tujuan. Perencanaan formal lebih dari sekedar data-data statistik yang hampir memenuhiseluruh halaman dalam dokunien perencanaan. Aspek penting dari proses penetapan tujuan adalah adanya dua hal dasaryaitu organisasi dan komunikasi. Jika struktur organisasi tidak efisien, maka harus dirampingkan selama proses perencanaan. Proses perencanaan mengangkat berbagai pertanyaan mengenai pengendalian seperti:
Bagaimana divisi-divisi diidentifikasi? Apa yang digunakan untuk menyusun akuntansi pertanggungjawaban? Bagaimana departemen-departemen dibentuk dan akuntansi apa yang akan dibuat untuk masalah transfer antar departemen?
 Perencanaan sangat penting bagi pengendalian yang efektif. Pengendalian juga sangat penting bagi perencanaan yang efektif. Suatu rencana secara teknik maupun logistik, dapat mengundang,bencana pengendalian bagi organisasi,yang tidak waspada, dengan kata lain tidak memperhatikan implikasi pengendalian dari suatu penetapan rencana. Daiam hal ini, pengendalian membutuhkan sesuatu untuk dapat beroperasi sebagai suatu rangkaian
pembatasan bagi fungsi perencanaan. Fenomena ini biasa terjadi dalam organisasi berteknologi tinggi dimana kelayakan teknis seringkali melebihi kemampuan kita untuk melindungi organisasi dari ancaman-ancaman seperti pelanggaran keamanan, kecelakaan kerja, kecurangan, dan kegagalan, pengendalian lainnya.

Operasi
 Di dalam organisasi yang terstruktur, fungsi operasi membuktikan adanya perencanaan manajemen, meskipun perencanaan itu bersifat informal / tidak tertulis. Operasi berarti pencaturan aktivitas-aktivitas di dalam organisasi, termasuk provisi jasa-jasa dan pembuatah produk serta fungsi-fungsi, pendukung penting yang dibutuhkan untuk melakukan operasi. Pengendalian operasi adalah suatu proses memonitor dari mengoreksi aktivitas operasi selama mass penerapan rencana manajemen. Contoh dari subsistem pengendalian operasi adalah aplikes, persediaan dan pembeliar. biaya standar; dan subsistem housekeeping adalah administrasi pembayaran dan manajemen kredit. Dalam beberapa organisasi. pengendalian operasi adalah sebuah tangqungjawab manajer pemilik yang harus mengendalikan sarana-sarana informal dan personal. Organisasi yang lebih besar dan lebih kompleks akan membentuk subsistem pengendalian-operasi untuk, mencapai suatu standar efektivitas danmeningkatkan efisiensioperasi. 

Umpan balik
            Umpan balik di dalam organisasi terbentuk dari sumber-sumber formal dan informal, yang hasilnya berupa komuoikasi nonverbal yang terjadi secara rutin dan akhimya. membentuk suatu tabulasi statistik. Umpan ba!ik dilihat sebagai suatu dasar bagi evaluasi yang akan mempengaruhi distribusi penghargaan, pelaksanaan pinalti/hukuman dan alteration proses perencanaandan operasi yang membentuk umpan balik. Sebuah desain formal dan sistematis dari pengumpulan dan penyaluran umpan balik memastikan variabel-variabel telah diidentifikasi, ukuranukuran telah didefinisi, data-data telah dikumpulkan. Ukuran dapat dibentuk secara internal, seperti umpan balik yang disediakan dari suatu analisis terhadap varians biaya standar; ukuran dapat juga dibuat dari sumber-sumbereksternal perusahaan; seperti marketshare industri atau efisiensi data. Proses umpan balik didalam subsistem pengendalian keuangan terkadang dimengerti dengan baik seperti  dalam aplikasi mekanis yang rielibatkan sistem tertutup yang teridentifikasi dengan baik hubungan sebab-akibatnya. Di dalam aplikasi manajemen, kehadiran faktor manusia dan kompleksitas motivasi manusia menyatakan bahwa hubungan antara umpan balik dan aksi-aksi di masa depan itu tidak pasti dan membingunnkan.

Interaksi Pengendalian
 Perencanaan, operasi, dan aktivitas-aktvitas umpan balik telah diidentifikasi sebagai tiga aspek dari prosesadministratif yang sangat didukung oleh rancangan pengendalian terpadu Ketika nasing-masing dimensi ini dibahas, akan tampak bahwa dimensi-dimensi tersebut bukanlah aktivitas-aktivitas yang berdiri sendiri. Desain dari subsistem Perencanaan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, penciptaan dukungan pengendalian bagi operasi, cara keputusan untuk menekankan ukuran-ukuran umpan balik tertentu untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan merupakan permasalahan yang sangat terkait satu sama lain. Hubungan ini dapat ditata untuk menciptakan manfaat yang basar jika suatu organisasi dapat menghubungkan subsistem pengendalian secara baik guns mendukuhg Perencanaan, operasi, dan fungsi umpan balik.
 Saling keterkaitan di antara sub-subsistem pengendalian juga memegang peranan yang pentingatas hasil yang kurang memuaskan. Logikanya, Perencanaan lebih dahulu ada dibandingkan dengan operasi dan ukuran umpanbalik berasal dari mncana-rencana operasi serta tujuan-tujuan yang ditetapkan. Demikian Pula, jikaukuran-ukuran umpan balik diasumsikan bersifat netral dan tidak menonjol, maka bisa diharapkan bahwa tindakan pengumpulan ukuran-ukuran umpan batik itu sendiri tidak  akan. berpengaruh secara signifikan terhadap tahapan-tahapan perencanaan dan operasi. Logika yang sederhana ini, bagaimanapun juga, adalah tidak sesuai untuk kondisi yang kompleks. Manipulasi atas ukuran-ukuran umpan balik dapat menjadi lebih diutamakan dibandingkan dengan tujuantujuan yang hendak dicapai, sebagai konsekuensinya, ukuran-ukuran umpan balik lebih menekankan pada operasi dari dada sebaliknya, Sebagai contoh, dalam suatu perusahaan dengan biaya produksi tetap yang tinggi, manajer produksi yang kesuksesannya diukur berdasarkan biaya produksi rata-rata yang lebih rendah dapat meningkatkan kesuksesannya dengan menghasilkan produk dalain jumlah besar. Jika perusahaan lebih fokus pada jumlah produk yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah produk yang terjual, maka kemungkinan besar biaya rata-rataper unit dari produk yang terjual akan meningkat. Dalam kasus ini, umpan balik sedang mendominasi operasi dan proses pengukurannya sangat menonjol.
Hal yang hampir sama juga dapat terjadi antara perencanaan danumpan balik. Proses perencanaan dapat dipengaruhi secara mendalam oleh dampakdampak umpan balik. Tujuantujuan perencanaan yang berlawanan tidak akan menjadi penting untuk dijadikan prioritas, karena sasaran rencana menekankan pada ukuran-ukuran kinerja secara statistik yang didasarkan pada ukuran-ukuran umpan balik yang telah ditentukan sebelumnya. Jika para manajer mengetahui bahwa mereka akan dievaluasi berdasarkan jumlah unit produk yang terjual, mungkin dalam proses perencanaan mereka akan lebih cenderung untuk memperhatikan besamya jumlah produk yang terjual dibandingkan dengan profiltabilitas dari produk yang terjual. 




2.3 Faktor-Faktor Kontekstual Konteks
dapat menjadi panting untuk keberhasilan dalam mendesain dan mengimplementasikan sistem pengendalian keuangan. Konteks, sebagaimana digunakan dalam bagian ini, mengacu pada serangkaian karakteristik yang menentukan kondisi empiris dalam sistem pengendalian yang akan diterapkan.Banyaknyacara untuk menjelaskan suatukonteks khusus hampir tidak terbatas. lebih lanjut lagi, bukti persuasif yang berhubungan dengan faktor-faktor kontekstual dari suatu aplikasi pengendalian keuangan khusus sangat jarang ditemukan. Tantangan bagi para manajer adalah memahami faktor yang paling kritis terhadap keberhasilan penerapan pengendalian keuangan tertentu. Proses dalam mengidentifikasi faktor-faktor kontekstual yang penting sangatlah subjektif dan temporer. seperti apakah, pendapat seorang manajer lebih penting dibandirigkan dengan pendapat manajer lain. Semua daftar dari faktor-faktor kontekstual kritis merupakan subjek untuk melakukan perbaikan secara keseluruhan dalam jangka waktu yang relatif singkat karena perubahan. Pada bagian ini, faktor-faktor kontekstual seperti ukuran, stabilitas lingkungan, motivasi keuntungan, dan faktor proses akan didiskusikan. 
1.      Ukuran
Ukuran dapat dipandang sebagai suatu peluang dan suatu hambatan. Ukuran dipandang sebagai peluang jika berfungsi sebagai pemberi manfaat ekonomi dan bukan sebagai strategi pengendalian. Ukuran dapat menjadi suatu hambatan jika pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadinya eliminasi terhadap strategi pengendalian. Luasnya skala desain sistem pengendalian berbasis komputer mungkin dimulai dengan inovasi, tetapi ukuran-ukuran tersebut dapat dengan cepat membangun standar ekonomi yang akan menentukankeberhasilan atas persaingan industri. Fenomena-fenomena ini telah diterapkan pada perusahaan manufaktur dengan sebaik mungkin, demikian pula halnya di institusi keuangan dan perusahaan-perusahaan yang berorientasi pada jasa. Perencanaan operasi, dan aktivitas umpan batik dalam organisasi-organisasi besar membutuhkan pengendalian strategi
formal yang akan mengantisipasi resiko terhadap kegagalan pengendalian dan meningkaikan efisiensi operasional.
Ketika ukuran menjadi sesuatu yang penting dalam melakukan pembatasankonteks, ukuran juga banyak dikaitkan dengan variabel-variabel lainnya. Kondisi idi membuat "ukuran" tidak dapat memisahkandiri menjadi hanya satu variabel sajasebagai contoh, struktur-struktur stabilitas lingkungan dan proses dapat dikaidean dengan "ukuran". Ketika pendekatan ukuran menjadi faktor Denting dalam menentukan perbedaan di antara konteks, tedapat banyak variabei lainnya yang tiga dapat berhubungan dengan masalah-masalah ukuran. Hal ini membuatn.2 menjadi tidak mungkin untuk mengisolasi setiap faktor tunggal, seperti ukuran sebagai sesuatu yang dominan. 
2.      Stabilitas Lingkungan
Desain pengendalian dalam lingkungan yang stabil dapat berbeda dari desain pengendalian dalam lingkungan yang selalu berubah. Stabilitas dalam lingkungan eksogen dapat dinilai dari kokuatan gerakan yang secara eksternal menghasilkan produk-produk yang memerlukan suatu tanggapan. Derajat stabilitas lingkungan dapat ditingkatkan dengan memilih alat yang tepat terhadap perubahan lingkungan, seperti pengenalan sejumlah produk baru, tindakan-tindakan pesaing yang melakukan metode produksi yang lebih baik atau efisien, atau inisiatif pihak pengambil keputusan yang ruempengaruhi unit-unit kerja.
Suatu lingkungan eksogen yang stabil diasumsikan dalam banyak pembahasan sistem biaya standar dan analisis hubungan atas varians biaya.Asumsi ini memunculkan fakta yang terpisah antara operasi yang sementara dengan lingkungan bisnis yang menuntut adanya perubahan secara tems menerus. Dengan membandingkan antara biaya aktual yang terjadi dengan standar yang telah ditentukan, subsistem biaya standar menjadi penting untuk ditinjau. Analisis yang demikian tidaklah konsisten dengan suatu rancang pengendalian yang ditujukan pada suatu ekspektasi. Jika tanggapan terhadap lingkungan yang berubah adalah lebih penting, maka hanya sekedar memenuhi standarstandar yangtelah ditetapkan pada akhir tahun bukanlah suatu kunci kesuksesan. Beberapa akuntan beranggapan bahwa-rancarigan pengendalian sebelum terjadinya suatu kejadian adalah pelengkap dari retrospektif umum atau rancangan-rancangan yang berorientasi pada hal-hal yang belum terjadi di depan. Kondisi tesebut dapat diharapkan ada dalam pendekatan-pendekatan inovatif yang menjadi lebih umum manakala pendekatan tersebut dipandang sebagai sesuatu yang penting untuk keberhasilan niat dan minat kerja melalui perubahan manajemen. 
3.      Motif Keuntungan
Keberadaan dari motif keuntungan tentunya bukanlahpenghalang untuk menggunakan ukuran-ukuran penilaia, akuntansi terhadap prod uktivitas. Pada sisl lain, jelas bahwa sistem pengendalian yang didasarkan pada motif dan ukuran-ukuran profitabilitas sering kali tidak dapat diterjemahkan secara langsung pada konteks nirlaba (nonprofit). Ukuran-ukuran laba adalah penting dan meskipun sulit dapat menjadi indikator darikeberhasilan.
Manfaat terbesar yang berkaitan dengan indikator-indikator berbasis laba adalah bahwa indikator-indikator tersebut secara statistik akan tampak jelas jika diringkas. Ringkasan-ringkasan secara statistik tersebut sering diartikan sebagai suatu ringkasan atas keseluruhan keberhasilan dari sub-subsistem yang kompleks dan sukar dipahami, dimana subsistem tersebut meliputi keseluruhan organisasi. Ringkasan-ringkasan tersebut juga selalu ditafsirkan, baik secara benar maupun secara salah, sebagai suatu ukuran terhadap keberhasilan individual dari para manajer. Ketika motif laba tidak muncul, maka indikatorindikator lain dari organisasi dan keberhasilan individu seharusnya didasarkan pada hal-hal tersebut di atas. Dalam penentuan ini, pilihan terhadap ukuran,dan alternatif telah terbukti menjadi suatu sumber yang konstan terhadap tujuan manajer dan konsultan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa dengan adanya tantangan ini, diperlukan perhatian masyarakat terhadap pencarian solusi terhadap permasalahan-permasalahan umum dan kebutuhan-kebutuhan sosiai. 

2.4 Faktor-Faktor Proses
 Telah diketahui bahwa tujuan proses terhadap pengendalian akuntansi dapat menjadi suatu penentu yang penting dalam desainpengendalian. Terdapat banyak cara untuk mengkarakteristikkan proses organisasi. Beberapa dari karakteristik ini dapat menjadi penting bagi tujuan pengendalian, semientara yang lainnya mungkin bersifat terbatas dan tidak memuat perbedaan: Proses sederhana maupun kompleksdanproses biaya variabel maupun biaya tetap akan diperlihatkan secara singkat untuk mengilustrasikan pentingnya proses variabel-variabel.
Proses yang sederhana adalah salah satu yang dapat dikarakteristikkan dengan memahami hubungan sebab akibat secara baik. Suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai hubungan yang tidak dapat dipahami dengan baik. Suatu proses sederhana lebih mudah dikendalikan dibandingkan dengan proses yang kompleks. Biaya yang tidak dapat dihindari terjadi pada unit-unit dalam perusahaan, seperti riset dan pengembangan, pemasaran, dan administrasi karyawan.Hal ini sering menimbulkan kesulitan dalam mendesain inisiatif-inisiatif pengendalian terhadap aplikasi biaya yangtidak dapat dihindari karena adanya ketidakpastian dalam pengaruh pengendalian.
 Suatu faktor proses penting dalam penanganan biaya-biaya yang tidak cepat dihindari dari biaya-biaya untuk melakukan rekayasa adalah biaya variabel. Strategi pengendalian biaya untuk proses strategi biaya variabel seringkali berbeda dalam hal substansi dengan strategi-strategi pengendalian biaya yang disesuaikan, seperti aplikasi biaya tetap. 





2.5 Pertimbangan-Pertimbangan Rancangan
Pengendalian telah didefinisikan sebagai suatu pilihan inisiatif karena diyakini bahwa kemungkinan pencapaian hasil yang diharapkan adalah tinggi. Untuk memperbaiki kemungkinan keberhasilan, para desainer akan mencari cara untuk menemukan hubungan sebab akibat yang dipercaya bersifat nyata dalam lingkungan, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk mengantisipasi konsekuensi logis yang dapat dihasilkan dari penambahan suatu pengendalian atau aturan pengendalian. Karena lebih fokus pada perilaku dibandingkan pada mekanis, maka para desainer harus mempertimbangkan istilah ekspoktasi dan kemungkinan dibandingkan dengan kepastian dalam hal output. Pengembangan rencana hingga mencapai tingkat yang sempuna menjadi tujuan yang tidak realistis. Sistem pengendalian didesain untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Suatu evaluasi yang pragmatis tehadap keberhasilan secara kolektif seharusnya dapat menilai pencapaiankeuntungan yang terjadi. Konstitusi Amerika Serikat merupakan contoh desain pengendalian-pengendalian yang baik  diklaim secara   luau sebagai kesuksesan padalataran pracimatis yang menimbulkan saling pengaruh atas kekuatan yang, walaupun jauh dari sempuma dalam segi efisiensinyatelah memberikan harapan yang baik untuk negara. Maksud penggunaanpengendalian dalam organisasi harus didesain dengan pemahaman atas konsekuensi keperilakuan yang besar kemungkinan untuk dihasilkan dan merjadi apresiasi mengakomodasi perubahan. 

 2.6Antisipasi terhadap Konsekuensi Logis
 Antisipasi terhadap konsekuensi logis merupakan elemen kunci dalam mendesain pengendalian. Hal ini penting bagi seorang manajer keuangan yang terbiasa membuat pertimbangan berdasarkan pada apakah suatu hasil itu baik atau buruk. Laporan keuangan memberikan informasi untuk menentukan apakah hasil tersebut adalah tepat. Suatu pengendalian akan berhubungan dengan hasil atau konsekuensi, baik yang tepat maupun tidak, tetapi pengendalian lebihmencerminkan suatu konsekuensi perilaku terhadap strategi pengendalian khusus.Contohnya, suatu studi tentang waktu dan gerak mesin digunakan untuk menetapkan standar tenaga kerja dan waktu luang. Pada banyak kasus, para pekerja akan mengambil manfaat pribadi dari rentang waktu luang dan,baru bekerja benar-benar pada waktu ekstra guns menyelesaikan tugas-tugasnya.Perilaku pekerja ini bersifat rasional, dapat diprediksi, dan logis. Hal ini merupakan suatu konsekuensi logis yang sering dikaitkan dengan pengenalan terhadap sistem biaya standar.
Manajer yang berpengalaman seringkali mengantisipasi berbagai dampak yang berkaitan dengan proses pengendalian yang mereka pahami. Bagaimanapun, seorang manajer yang baru saja dipromosikan ke posisi baru atau berhadapan dengan teknologi baru atau lingkup yang  berbeda akan berusaha menyeimbangkannya dengan sumberdaya ekstemal untuk mendapatkan pemahaman terhadap lingkungan pengendalian. Literatur mengenai kasus bisnis terbukti memberikan sumberdaya yang bermanfaat dalam memahami materi pengendalian. Kasus-kasus yang berkaitan dengan topik seperti akuntansi pertanggungjawaban dan skema harga transfer mampu meningkatkan pemahaman. manajer atas dampak logis yang mungkin muncul tanpa manajer perlu, mengalaminya sendiri. Dengan kata lain, pendekatan teoritis dapat berguna dalam memprediksikan konsekuensi logis yang bekaitan dengan insiatif-inisiatif pengendalian. Pendekatan teoritis untuk mempelajari teoriteori pengendalian dapat ditemukan dalam aplikasi teori agensi untuk merancang pengendalian.

2.7 Keterkaitan dengan Teori Agensi
 Teori agensi memudahkan antisipasi atas konsekuensi logis dengan menyediakan suatu keraogka untuk pemahaman dan selanjutnya meramalkan perilaku. Agen merupakan seseorang yang ditunjuk oleh prinsipal untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh prinsipal. Agen mungkin saja mempunyai satu set sasaran hasil yang berbeda dari prinsipal. Sebagai contoh, suatu karyawan sebagai suatu agen lebih menyukai bersantai daripada
bekerja, sementara pemberi kerja sebagai principal lebih menyukai mengerjakan pekerjaan daripada bersantai. Untuk memotivasi agen agar mementingkan pekerjaannya dibanding beristirahat, principal dapat membuat suatu kontrak untuk mengurangi resiko agen akanbertindak " di luar kontrol" dan hanya mencari kesenangan. Principal dapat mengalokasikan sumber daya untukmemperoleh kendali dengan tiga jalan skemapengawasan, rencana insentif/penalty, dan asuransi atau opsi risk-transferring. Agen, diasumsikan sebagai seorang yang bertindak ekonomis dan rasional.
 Kekuatan utama teori agen adalah kemampuannya menyediakan desain pengendalian yang secara simultan membantu meningkatkan kesejahteraan kedua belah pihak. Karena principal dan agen mempunyai fungsi utilitas yang berbeda, mungkin saja perlu untuk mendisain suatu strategi pengendalian (yaitu skema pengawasan, rencana insentif/penalty, atau opsi risk-transferfing) yang akan meningkatkan kesejahteraan dari semua pinak. Solusi jenis ini dikenal sebagai solusi "plus sum". Untuk menggambarkan solusi seperti itu, diasumsikan bahwa suatu agen dapat dibujuk untuk melaksanakan suatu tugas untuk suatu tingkat upah yang rendah jika ada fleksibilitas dalam memilih jadwal kerja. Jika prinsipal tidak memperhatikan kondisi-kondisi yang mengendalikan tugas, kontrak ini akan memberikan keuntungan bagi prinsipal dengan adanya tingkat upahyang rendah dan agen diuntungkan dengan jadwal yang fleksibel.
Teori agensi menarik karena dapat digunakan untuk menjelaskan kejadian yang sering terjadi. Teori agensi bagaimanapun juga memiliki beberapa keterbatasan utama. Orang diasumsikan memiliki banyak peran dalam organisasi. Hubungan prinsipalagen tertentu tidak dapat dipisahkari dari konteks dan dipilih untuk pertimbangan mandiri. Teori agensi juga berasumsi bahwa suatu pandangan kontraktual atas tingkah laku manusia akan dapat meramalkan konsekuensi logis dengan tepat. Jika pandang:n kontraktual ini dikurangi menjadi hanya meliputi penghargaan dan biaya-biaya yang secara obyektif diukur dengan unit moneter, teori ini membawa ke konsep perilaku rasional prinsipal dan agen berdasar pada kepentingan ekonomi. Aplikasi teori agensi yang dikurangi ini mengesampingkan penanganan seperti penghormatan, prestasi, kesetiaan, dan kepuasan umum lainnya. Teori agensi menyediakan suatu penilaian yang tidak akurat atas perilaku, seseorang yang kompleks yang dapat diharapkan dalam situasi nyata.
Diskusi teori agensi terdahulu menandai adanya hal di mana pendekatan teoritis dapat memperjelas atau juga mengaburkan pemahaman yang diperlukan untuk menilai konsekuensi logis individu membentuk suatu sintesa dari pengalaman masa lalu mereka untuk memungkinkannya meramalkan konsekuensi logis berhubungan dengan suatu desain
pengendalian. Proses pengumpulan kecerdasan ini bersifat induktif dan, seperti semua pendekatan induktif, individu menjadi peka terhadap perubahan dalam lingkungan. Sehingga, mempelajari desain pengendalianharus didukung pengalaman rasa lalu, tetapi harus pula membuat ketetapan dan mengantisipasi perubahan.

2.8 Mengelola Perubahan
 Mengelola perubahan merupakan pertimbangan penting dalam rancangan/desain pengendalian. Manajer melaksanakan pengendalian untuk mencapai tujuan yang seringkali dihadapkan pada suatu dilema.Keberadaan pengendalian dalam suatu perusahaan mungkin telah berhenti fungsinya manakala terjadi perubahan, tetapi para nanajer biasanya khawatir terhadap perubahan pengendalian tersebut, walaupun mungkin saja hal itu akan memberikan peluang yang lebih besar untuk mencapai tujuan dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perubahan tersebut. Suatu tantangan yang lebih logis dan lebih menimbulkan ketegangan adalah ketika manajer tidak tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.  
Banyak organisasi menggunakan konsultan dari luar atau auditor internal untuk mendorong sistem pengendalian yang baru. Walaupun rekomendasi dari konsultan luar atauauditor internal tersebut sejalan dengan strategi yang diajukan oleh manajemen puncak perusahaan, para penasehat tersebut selalu berada pada posisi yang mempengaruhi penyebab dari suatu peristiwa karena hubungan laporan khususnya kepada manajemen puncak.
 Dalam jangka panjang, perusahaan akan memelihara lingkungan pengendalian melalui suatu proses perubahan dan kompensasi. Hal ini terjadi ketika rancangan-rancangan pengendalian dimodifikasi melalui proses regenerasi internal secara berkelanjutan atauketika perubahan disebabkan oleh faktor eksternalyang berdampak pada organisasi, seperti kehilangan konsumen utama atau kegagalan keuangan yang serius pada perusahaan inti dalam industri tertentu. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang telah mengalami sanksi yang berat akibat infleksibilitas dan pendekatan pengendalian yang sangat tersefitralisasi akan berusaha untuk melakukan desentralisasi. Sementara, prusahaan yang sama, setelah beberapa tahun menekankan padadesentralisasi, akan mencari cara untuk mengompensasikan sanksi berat yang terkait dengan inefisiensi dari pendekatan- pendekatan desentralisasi melalui berbagai tingkat sentralisasi kembali. Dalam dinamika semacam ini, terdapat suatu kecenderungan untuk bersikap kritis terhadap organisasi karena tampaknya aca kebingungan terhadap tujuan-tujuanpengendalian. Kritikan ini secara implisit mengasumsikan bahwa suatu organisasi. harus secara konsisten mencari suatu keseimbangan pengendalian yang spesifik, dan dalam banyak kasus, asumsi ini sangat sukar ditentukan. Dalam organisasi yang kompleks, keseimbangan dalamlingkungan pengendalian memerlukan perubahan dan kompensasi yang tems menerus. Posisi keseimbangan bersifat dinamis, tidak statis. Hanya, melalui perubahan dan kompensasi., perusahaan dapat menjaga status pengendalian yang konstan dalam organisasi.  









BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
            Pengendalian did,finisikan sebagai suatu inisiatif pilihan karena diyakini bahwa kemungkinan untuk memperoleh hasil yang diinginkan akan meningkat. Suatu sistem pengendalian yang komprehensif dopat ditemukan pada perencanaan, operasi, dan kegiatan umpan batik dalam organisasi. Agar menjadi komprehensif, desain sain pengendalian harus responsif terhadap lingkup organisasional. Meski jumlah faktor-faktor kontekstual yang mempengaruhi organisasi hampir tidak terbatas, beberapa faktor yang penting dalam desain pengendalian telah didiskusikan. Desain sistem pengendalian menjadi kompleks dan rumit, sehingga desainer harus berusaha memahami hubungan sebab-akiabt dan mengantisipasi konsekuensi logis. Lebih jauh, desain pengendalian harus dinamis dan tujuannya harus bersifat tetap dan diarahkan melalui proses adaptasi berlanjut dan perubahan. Desain pengendalian harus ditutapkan dengan berbagai kemungkinan dan perbandingan biayamanfaat, bukannyakepastian dan kesempurnaan. 












Tidak ada komentar :

Posting Komentar