Mata kuliah Dosen pembimbing
Akuntansi Keprilakuan Andi
Irfan, SE, M.Sc. Ak
TUGAS KELOMPOK
Pengendalian Keuangan
DISUSUN OLEH :
ADELIA
INDRIANI
ISLAH ULYANA
JURUSAN :AKUNTANSI
SEMESTER/LOKAL: V/C
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
JURUSAN AKUNTANSI
2016
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Makalah akuntansi keprilakuan tentang pengendalian
keuangan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Pekanbaru, 25 April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover.............................................................................................................................................. 1
Kata Pengantar............................................................................................................................. 2
Daftar
isi......................................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan...................................................................................................................... 4
1.1
Latar Belakang.......................................................................................................................... 4
1.2
Rumusan Masalah..................................................................................................................... 4
1.3
Tujuan Makalah......................................................................................................................... 4
1.4
Manfaat Makalah...................................................................................................................... 5
BAB
II Pembahasan.......................................................................................................................6
2.1 Bagaimana
memperluas Konsep-konsep Tradisional.................................................................6
2.2 faktor-faktor
Kontekstual Konteks.............................................................................................7
2.3 Faktor-Faktor
Proses...................................................................................................................12
2.4 Pertimbangan-Pertimbangan
Rancangan....................................................................................14
2.5 Antisipasi
terhadap Konsekuensi Logis......................................................................................15
2.6 Keterkaitan
dengan Teori Agensi................................................................................................16
2.7 Mengelola
Perubahan...................................................................................................................17
BAB
III PENUTUP...................................................................................................................... 19
Kesimpulan
.....................................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Pengendalian
keuangan merupakan pengendalian yang penting bagi manajer, karena laporan
keuangan menyajikan ringkasan kegiatan organisasi dimasa lalu. Manajer,
khususnya manajer puncak, berkepentingan terhadap informasi rigkasan itu,
karena dia tidak perlu mengetahui kegiatan operasional organisasi. Bab ini
membahas pengendalian keuangan meliputi laporan keuangan yang menyajikan
ringkasan informasi keuangan masa lampau, dan anggaran yang merupakan alat
perencanaan sekaligus alat pengendalian.
Batas-batas akuntansi begitu luas karena teknologi
dan tuntutan baru dari para klien yang mencari dukungan akuntansi. Pertumbuhan
signifikan pada jasa konsultasi manajemen yang disediakan oleh kantor akuntan
publik dan munculnya departemen-departemen baru tentang sistem informasi dalam
organisasi merupakan bukti dari tuntutan klien tersebut. Klien membutuhkan
dukungan untuk mendesain dan mengimplementasikan sistem pengendalian keuangan.
Pembahasan pada modul ini akan befokus pada isu-isu yang berhubungan dengan
topik-pengendalian yang mempengaruhi desain dan implementasi sistem
pengendalian keuangan. pengendalian keuangan dapat dipahami secara baik melalui
penekanan pada pentingnya asu.msiasumsi keperilakuan. Tetapi tidak semua desain
pengendalian berhubungan dengan keperilakuan. Aplikasi mekanikal dari
pengendalian, seperti halnya pada thermostatyang mengatur suhu ruangan,
menekankan umpan balik mekanik daripada respon-respon keperilakuan. Tentu saja,
peralatan mekanik dan elektrik serfs metode-metode dapat digunakan untuk
mempengaruhi perilaku manusia. Sebuah alarm peringatan telah dipasang sebagai
sarana pengaman untuk mencegah kecelakaanatau sebuah desain sistempassword
untuk mencegah orang-orang yang tidakberhak dapat menggunakan komputer
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. bagaimana
Umpan Balik Mekanikal vs Respon Pengendalian?
2. Bagaimana
memperluas Konsep-konsep Tradisional?
3. Apa
saja faktor-faktor Kontekstual Konteks?
4. Apa
saja Faktor-Faktor Proses?
5. Bagaiman
Pertimbangan-Pertimbangan Rancangan?
6. Bagaimana
Antisipasi terhadap Konsekuensi Logis?
7. Bagaimana
Keterkaitan dengan Teori Agensi?
8. Bagaimana
Mengelola Perubahan?
1.3 TUJUAN
PENELITIAN
1. Untuk
mengetahui Umpan Balik Mekanikal vs Respon Pengendalian
2. Untuk
memperluas Konsep-konsep Tradisional
3. Untuk
mengetahui faktor-faktor Kontekstual Konteks
4. Untuk
mengetahui Faktor-Faktor Proses
5. Untuk
mengetahui Pertimbangan-Pertimbangan Rancangan
6. Untuk
mengetahui Antisipasi terhadap Konsekuensi Logis
7. Untuk
mnegtahui Keterkaitan dengan Teori Agensi
8. Untuk
mengetahui Mengelola Perubahan
1.4
MANFAAT PENELITIAN
semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca untuk lebih menambah wawasan nya terutama
mengenai Manajemen Stratejik dan
Keberhasilan Usaha.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fungsi keuangan
Walaupun rinciannya bervariasi antarorganisasi, fungsi keuangan yang utama adalah
dalam hal keputusan investasi, perhitungan biaya, dan deviden untuk suatu
organisasi.Tujuan manajer keuangan adalah untuk merencanakan guna memperoleh
dan mengunakan dana, serta memaksimalkan nilai organisasi. Ada beberapa
kegiatan yang terlibat yaitu :
1.
Dalam
perencanan dan peramalan, manajer keuangan berinteraksi dengan para eksekutif
yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan perencanan strategis umum.
2.
Manajer
keuangan harus memusatkan kegiatannya kepada keputusan investasi dan perhitungan
biaya, serta segala hal yang berkaitan dengannya. Perusahaan yang berhasi
biasanya mengalami laju pertumbuhan penjualan yang tinggi, sehingga memerlukan
dukungan penambahan investasi. Para manajer keuangan perlu menentukan laju
pertumbuhan penjualan yang sebaiknya dicapai dan membuat prioritas atas
alternatif investasi yang tersedia.
3.
Manjer
keuangan harus bekerjasama dengan para manjer lainya agar perusahaan dapat
beroperasi seefisien mungkin, karena semua keputusan bisnis memiliki dampak
keuangan.
4.
Manajer
keungan menghubungkan menghubungkan perusahaan dengan pasar uang dan pasar
modal, yang merupakan sumber perolehan dana dan tempat surat berharaga
perusahaan diperdagangkan.
Jadi tugas
pokok manajer keuangan adalah berkaitan dengan keputusan investasi dan
perhitungan biaya.dalam melaksanakan fungsinya maka manajer keungan berkaitan
langsung dengan keputusan pokok perusahaan yang berpengaruh terhadap nilai
perusahaan itu sendiri. fungsi keuangan dalam organisasi.
Fungsi keuangan dalam organisasi biasanya
dipisahkan menjadi dua jabatan yaitu :
a.
Bendahara
Bendahara
bertanggung jawab atas perolehan dan pengamanan data. Tanggung jawab seorang
bendahara biasanya terletak pada pengadaan dan pengelolaan uang tunai.meskipun
tanggung jawab pembuatan laporan berada di tangan kontroler,bendahara pada
umumnya membuat laporan mengenai posisi arus kas harian dan posisi modal kerja
, membuat anggaran dan melaporkan informasi arus kas dan informasi uang tunai.
b.
Administrasi
pembukuan atau akuntansi ( kontroler )
Bidang
tanggungjawab kontroler meliputi akuntansi , pelaporan,dan pengendalian.
Fungsi pokok
kontroler adalah mencatat ( recording) dan membuat laporan ( reporting ) mengenai
informasi keuangan perusahaan.
Tugas lain
dari kontroler adalah menegelolah pengajian, menyusun perhitungan dan pelaporan
pajak serta melakukan audit internal.
2.1
Umpan Balik Mekanikal vs Respon Pengendalian
Fokus
utama dalam subsistem pengendalian keuangan adalah pada perilaku orangorang
dalam organisasi, dan bukan pada mesin. Oleh sebab itu, pengendalian keuangan
dapat dipahami secara baik melalui penekanan pada pentingnya asu.msiasumsi
keperilakuan. Tetapi tidak semua desain pengendalian berhubungan dengan
keperilakuan. Aplikasi mekanikal dari pengendalian, seperti halnya pada
thermostatyang mengatur suhu ruangan, menekankan umpan balik mekanik daripada
respon-respon keperilakuan. Tentu saja, peralatan mekanik dan elektrik serfs
metode-metode dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia.
Sebuah
alarm peringatan telah dipasang sebagai sarana pengaman untuk mencegah
kecelakaanatau sebuah desain sistempassword untuk mencegah orang-orang yang
tidakberhak dapat menggunakan komputer, adalah beberapa contoh yang sudah ada.
Contohcontoh ini mempekerjakan sarana-sarana mekanik dan elektrik, tapi tujuan,
pengendalian adalah untuk mempengaruhi manusiadaripada untuk memunculkan,
respon mesin. Karena menekankanpada respon manusia daripada respon mesin,
makasubsisteni dari pengendalian keuangan mendasarkan pemikirannya pada
asumsi-asumsi keperilakuan. Tujuan keperilakuan Jalam pengendalian keuangan
dapat direkonsifiasi dengan sebuah definisi umum tentang pengendalian. Pada
umumnya, pengendalian didefinisikan sebagai sebuai inisiatif yang dipilih
karena dipercaya bahwa kemungkinan mendapatkan suatu outcome yang diharapkan
akan makin meningkat. Dalam pengendalian keuangan hasilhasil pokok yang
diharapkan merupakan peristiwa-peristiwa keperilakuan dan penerapannya
dari
masalah-masalah keuangan.
Definisi
pengendalian cidasarkan pada konsep "keyakinan" dan
"probabilitas". Manajer-manajer memiliki keyakinan tentang cara dunia
mereka bekerja den berbagai respon yang mereka harapkan saat sebuah inisiatif
dipilih. Outcome keperilakuan dapat diprediksi. Dalam konteks organisasi yang
nyata, adalah penting untukmemahami dengan baik hubungan sebabakibat baik
terlihat nyata ataupun tidakpada lingkungan yang kompleks. Menetapkan standar
yang tinggi di dalam sistemakuntansi biaya, misalnya, tidak menjamin pekerja
akan lebih produktif. Demikian juga, pen6rapan sistem akuntansi pertanggung
jawaban tidak menjamin manajer akan lebih bertanggungjawab danefektif dalam
mengalokasikan sumber berdaya yang dikuasai. Dalam memilih pengendalian
keuangan, manajer akan bergantung pada keyakinan dan pengalaman mereka. Outcome
keperilakuan yang berhubungan dengan inisiatif-inisiatif pengendalian akan
dimengerti dengan lebih realistis dan akurat dalam situasi dimana keyakinan dan
taksiran kemungkinan terhadap hal ini daripada hubungan kausal yang naif.
Tujuan utamaliteratur akuntansi biasanya menekankan asumsi-asumsi keperilakuan
yang pokok dalam pengendalian keuangan. Hal ini dapat dinterpretasikah sebagai
evc!usi pemikiran dan perluasan lingkungan yang mempengaruhi akuntansi dan
displin akuntansi. Banyak hal yang diperoleh dari penggabungan antara
pendekatan perilaku untuk pengendalian dalam akuntansi manajerial dan akuntansi
tradisional dengan konsep-konsep nonkeperilakuan dari pengendalian yang ada
dalam literatur akuntansi dan auditing.
2.2
Memperluas Konsep-konsep Tradisional
Konsep
pengendalian tradisional da!am akuntansi sering diasumsikan bahwa produksi
informasi akuntansi adaJah langkah terakhir dari peran akuntan. Dalam
pendekatan keperilakuan terhadap desain dan iniplementasi Gubsistem
pengendalian keuangan, angan, menghasilkan informasi bukanlah akhir dari
keterlibatan akuntan. Tetapi produksi informasi dapat dilihat sebagai sebuah
langkah tengah danbukannya Iangkah akhir. Informasi akuntansi diperlakukan
sebagai bagian sebuah desain proses peringatan untuk membantu mengatur
organisasi denganmempengaruhi perilaku semua anggota. Tujuan pengendalian
didasari keinginan untuk memilih suatu inisiatif yang akan mengubah kemungkinan
pencapaian hasil keperilakuan yang diharapkan, dan produksi informasi akuntansi
lebih dilihat sebagai serene daripada sebagai sebuah akhir. Saat desain sistem
pengendalian telah memenuhi kriteria informasi akuntansi yang
akurat
dan dapat diandalkan, penekanannya biasanya ditempatkan pada tujuh faktor
berikut ini:
1.
Mempekerjakan personel yang akan melaksanakan tanggung jawabnya dengan kompeten
dan penuh integritas.
2. Mengindari fungsi-fungsi yang tidak
harmonis dengan cara memisahkan tugas dan tanggungjawab.
3. Mendefinisikan wewenang yang terkait dengan
suatu posisi sehingga kesesuaian dari transaksi-transaksi dilaksanakan dan
dapat dievaluasi.
4.
Membangun metode sistematis untuk meyakinkan bahwa transaksi-transaksi telah
dicatat secara akurat.
5.
Memastikan bahwa dokumentasi memadai.
6. Menjaga aset-aset dengan mendesain berbagai
prosedur yang membatasi akses terhadap aset.
7.
Mendesain suatu pemeriksaan independen untuk meningkatkan akurasi.
Prinsip-prinsip
yang berhubungan dengan desain pengendalian internal mencerminkan pengalaman
dari profesi audit. Pengalaman yang tidak ternilai ini dapat digunakan untuk
merancang dan mengimolementasikan sistem pengendaliankeuangan melalui perluasan
seperangkat yang dimiliki dari informasi akuntansiuntuk lebih rhengarahkan
proses administratif. Istilah 'pengendalian akuntansi'dengan pengamanan asetaset
dan peningkatan akurasi dan keandalan informasi akuntansi. Istilah pengendalian
administratif dihubungkan dengan peningkatan efisiensi operasi dan kepatuhan
kepada kebijakan manajemen. Contoh-contoh dari pengendalian akuntansi termasuk
Pemisahan tugas-tugas yang berhubungan dengan pencatatan dan pengendalian fisik
terhadap aset; sedangkan laporan kinerja dan pengendalian kualitas merupakan
contoh dari pengendalian administratif. Kedua jenis pengendaliatl tersebut,
tanpa mempedulikan klasifikasinya, dapat digunakan dalam desain dan
implementasi sistempengendalian keuangan untuk mendukung proses adminstratif.
Perluasan konsepkonsep tradisional dari pengendalian menyebabkan perluasan
lingkup pengendalianakuntansi dan laporan keuangan yang mencakup prosesproses administratif
organisasi.
Perluasan lingkup keterlibatan akuntan
terhadap proses akuntansi, tidak dapat disangkal lagi adalah sesuatu yang
penting dalam pengendalian akuntansi. Pengetahuan tentang pengendalian
akuntansi tradisional dan pengalaman dalam sistem akuntansi merupakan hal yang
berharga dan dapat dengan mudah diperluas kedalam aplikasi-aplikasi
pengendalian yang lain. Bagaimanapun juga, untuk nwmbuat suatu perluasan yang
sukses,
pengetahuan
tentang pengendalian akuntansi harus dikombinasikan dengan berbagai sumber
pengetahuan untuk mencapai tujuan mempengaruhi perilaku para anggota organisasi
melalui penggunaan sinyal-sinyal akuntansi, dalam bagian selanjutnya, hubungan
data akuntansi dan pengendalian terhadap proses administratif akan dijelaskan
dengan lebih detail.
Pengendalian Terpadu
Secara
formal, sistem pengendalian komprehensif merupakansebuah konfigurasi subsistem
yangterkait dan formal yang mendukung proses administratif. Untukdapat
diformalkan, suatu subsistem pengendalian seharusnya terstruktur dan
berkelanjutan, serta didesain dengan sebuah proses yang sesuai untuk mencapai
tujuan spesifik. Pendekatan informal adalah sesuatu yang bersifat ad hoc,
memiliki tingkat kepribadian yang tinggi dan bertujuan untuk mempertimbangkan
variabi!itas. Anggaran, laporan akuntansi, biaya standar, dan pusat
pertaoggdngjawaban adalah contohdari pendekatan formal. Norma-norma tak
tertulis, manajemen seat-of-thepants dan pengendalian dengan
caraintuisimerupakan contoh dari pendekatan formal. Untuk menjadi pengendalian
yang komprehensif, suatu sistem pengendalian seharusnya mencakup aktivitas
perencariaan, Operasi serta memenuhi fungsi umpan balik. Ketiga face proses
administratif dan implikasi oengendaliannya akan didiskusikan dalam sesi
berikut.
Perencanaan
Proses
perencanaan dicirikan sebagai perilaku penetapan tujuan. Perencanaan formal
lebih dari sekedar data-data statistik yang hampir memenuhiseluruh halaman
dalam dokunien perencanaan. Aspek penting dari proses penetapan tujuan adalah
adanya dua hal dasaryaitu organisasi dan komunikasi. Jika struktur organisasi
tidak efisien, maka harus dirampingkan selama proses perencanaan. Proses
perencanaan mengangkat berbagai pertanyaan mengenai pengendalian seperti:
Bagaimana
divisi-divisi diidentifikasi? Apa yang digunakan untuk menyusun akuntansi
pertanggungjawaban? Bagaimana departemen-departemen dibentuk dan akuntansi apa
yang akan dibuat untuk masalah transfer antar departemen?
Perencanaan sangat penting bagi pengendalian
yang efektif. Pengendalian juga sangat penting bagi perencanaan yang efektif.
Suatu rencana secara teknik maupun logistik, dapat mengundang,bencana
pengendalian bagi organisasi,yang tidak waspada, dengan kata lain tidak
memperhatikan implikasi pengendalian dari suatu penetapan rencana. Daiam hal
ini, pengendalian membutuhkan sesuatu untuk dapat beroperasi sebagai suatu
rangkaian
pembatasan
bagi fungsi perencanaan. Fenomena ini biasa terjadi dalam organisasi
berteknologi tinggi dimana kelayakan teknis seringkali melebihi kemampuan kita
untuk melindungi organisasi dari ancaman-ancaman seperti pelanggaran keamanan,
kecelakaan kerja, kecurangan, dan kegagalan, pengendalian lainnya.
Operasi
Di dalam organisasi yang terstruktur, fungsi
operasi membuktikan adanya perencanaan manajemen, meskipun perencanaan itu
bersifat informal / tidak tertulis. Operasi berarti pencaturan
aktivitas-aktivitas di dalam organisasi, termasuk provisi jasa-jasa dan pembuatah
produk serta fungsi-fungsi, pendukung penting yang dibutuhkan untuk melakukan
operasi. Pengendalian operasi adalah suatu proses memonitor dari mengoreksi
aktivitas operasi selama mass penerapan rencana manajemen. Contoh dari
subsistem pengendalian operasi adalah aplikes, persediaan dan pembeliar. biaya
standar; dan subsistem housekeeping adalah administrasi pembayaran dan
manajemen kredit. Dalam beberapa organisasi. pengendalian operasi adalah sebuah
tangqungjawab manajer pemilik yang harus mengendalikan sarana-sarana informal
dan personal. Organisasi yang lebih besar dan lebih kompleks akan membentuk
subsistem pengendalian-operasi untuk, mencapai suatu standar efektivitas
danmeningkatkan efisiensioperasi.
Umpan balik
Umpan balik di dalam organisasi
terbentuk dari sumber-sumber formal dan informal, yang hasilnya berupa
komuoikasi nonverbal yang terjadi secara rutin dan akhimya. membentuk suatu
tabulasi statistik. Umpan ba!ik dilihat sebagai suatu dasar bagi evaluasi yang
akan mempengaruhi distribusi penghargaan, pelaksanaan pinalti/hukuman dan
alteration proses perencanaandan operasi yang membentuk umpan balik. Sebuah
desain formal dan sistematis dari pengumpulan dan penyaluran umpan balik
memastikan variabel-variabel telah diidentifikasi, ukuranukuran telah
didefinisi, data-data telah dikumpulkan. Ukuran dapat dibentuk secara internal,
seperti umpan balik yang disediakan dari suatu analisis terhadap varians biaya
standar; ukuran dapat juga dibuat dari sumber-sumbereksternal perusahaan;
seperti marketshare industri atau efisiensi data. Proses umpan balik didalam
subsistem pengendalian keuangan terkadang dimengerti dengan baik seperti dalam aplikasi mekanis yang rielibatkan
sistem tertutup yang teridentifikasi dengan baik hubungan sebab-akibatnya. Di
dalam aplikasi manajemen, kehadiran faktor manusia dan kompleksitas motivasi
manusia menyatakan bahwa hubungan antara umpan balik dan aksi-aksi di masa
depan itu tidak pasti dan membingunnkan.
Interaksi Pengendalian
Perencanaan, operasi, dan aktivitas-aktvitas
umpan balik telah diidentifikasi sebagai tiga aspek dari prosesadministratif
yang sangat didukung oleh rancangan pengendalian terpadu Ketika nasing-masing
dimensi ini dibahas, akan tampak bahwa dimensi-dimensi tersebut bukanlah
aktivitas-aktivitas yang berdiri sendiri. Desain dari subsistem Perencanaan,
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, penciptaan dukungan
pengendalian bagi operasi, cara keputusan untuk menekankan ukuran-ukuran umpan
balik tertentu untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan merupakan
permasalahan yang sangat terkait satu sama lain. Hubungan ini dapat ditata
untuk menciptakan manfaat yang basar jika suatu organisasi dapat menghubungkan
subsistem pengendalian secara baik guns mendukuhg Perencanaan, operasi, dan fungsi
umpan balik.
Saling keterkaitan di antara sub-subsistem
pengendalian juga memegang peranan yang pentingatas hasil yang kurang
memuaskan. Logikanya, Perencanaan lebih dahulu ada dibandingkan dengan operasi
dan ukuran umpanbalik berasal dari mncana-rencana operasi serta tujuan-tujuan
yang ditetapkan. Demikian Pula, jikaukuran-ukuran umpan balik diasumsikan
bersifat netral dan tidak menonjol, maka bisa diharapkan bahwa tindakan
pengumpulan ukuran-ukuran umpan batik itu sendiri tidak akan. berpengaruh secara signifikan terhadap
tahapan-tahapan perencanaan dan operasi. Logika yang sederhana ini,
bagaimanapun juga, adalah tidak sesuai untuk kondisi yang kompleks. Manipulasi
atas ukuran-ukuran umpan balik dapat menjadi lebih diutamakan dibandingkan
dengan tujuantujuan yang hendak dicapai, sebagai konsekuensinya, ukuran-ukuran
umpan balik lebih menekankan pada operasi dari dada sebaliknya, Sebagai contoh,
dalam suatu perusahaan dengan biaya produksi tetap yang tinggi, manajer
produksi yang kesuksesannya diukur berdasarkan biaya produksi rata-rata yang
lebih rendah dapat meningkatkan kesuksesannya dengan menghasilkan produk dalain
jumlah besar. Jika perusahaan lebih fokus pada jumlah produk yang dihasilkan
dibandingkan dengan jumlah produk yang terjual, maka kemungkinan besar biaya
rata-rataper unit dari produk yang terjual akan meningkat. Dalam kasus ini,
umpan balik sedang mendominasi operasi dan proses pengukurannya sangat
menonjol.
Hal
yang hampir sama juga dapat terjadi antara perencanaan danumpan balik. Proses
perencanaan dapat dipengaruhi secara mendalam oleh dampakdampak umpan balik.
Tujuantujuan perencanaan yang berlawanan tidak akan menjadi penting untuk
dijadikan prioritas, karena sasaran rencana menekankan pada ukuran-ukuran
kinerja secara statistik yang didasarkan pada ukuran-ukuran umpan balik yang
telah ditentukan sebelumnya. Jika para manajer mengetahui bahwa mereka akan
dievaluasi berdasarkan jumlah unit produk yang terjual, mungkin dalam proses
perencanaan mereka akan lebih cenderung untuk memperhatikan besamya jumlah
produk yang terjual dibandingkan dengan profiltabilitas dari produk yang
terjual.
2.3
Faktor-Faktor Kontekstual Konteks
dapat
menjadi panting untuk keberhasilan dalam mendesain dan mengimplementasikan
sistem pengendalian keuangan. Konteks, sebagaimana digunakan dalam bagian ini,
mengacu pada serangkaian karakteristik yang menentukan kondisi empiris dalam
sistem pengendalian yang akan diterapkan.Banyaknyacara untuk menjelaskan
suatukonteks khusus hampir tidak terbatas. lebih lanjut lagi, bukti persuasif
yang berhubungan dengan faktor-faktor kontekstual dari suatu aplikasi
pengendalian keuangan khusus sangat jarang ditemukan. Tantangan bagi para
manajer adalah memahami faktor yang paling kritis terhadap keberhasilan
penerapan pengendalian keuangan tertentu. Proses dalam mengidentifikasi
faktor-faktor kontekstual yang penting sangatlah subjektif dan temporer.
seperti apakah, pendapat seorang manajer lebih penting dibandirigkan dengan
pendapat manajer lain. Semua daftar dari faktor-faktor kontekstual kritis
merupakan subjek untuk melakukan perbaikan secara keseluruhan dalam jangka
waktu yang relatif singkat karena perubahan. Pada bagian ini, faktor-faktor
kontekstual seperti ukuran, stabilitas lingkungan, motivasi keuntungan, dan faktor
proses akan didiskusikan.
1.
Ukuran
Ukuran dapat
dipandang sebagai suatu peluang dan suatu hambatan. Ukuran dipandang sebagai
peluang jika berfungsi sebagai pemberi manfaat ekonomi dan bukan sebagai
strategi pengendalian. Ukuran dapat menjadi suatu hambatan jika pertumbuhan
ekonomi menyebabkan terjadinya eliminasi terhadap strategi pengendalian.
Luasnya skala desain sistem pengendalian berbasis komputer mungkin dimulai
dengan inovasi, tetapi ukuran-ukuran tersebut dapat dengan cepat membangun
standar ekonomi yang akan menentukankeberhasilan atas persaingan industri.
Fenomena-fenomena ini telah diterapkan pada perusahaan manufaktur dengan sebaik
mungkin, demikian pula halnya di institusi keuangan dan perusahaan-perusahaan
yang berorientasi pada jasa. Perencanaan operasi, dan aktivitas umpan batik
dalam organisasi-organisasi besar membutuhkan pengendalian strategi
formal
yang akan mengantisipasi resiko terhadap kegagalan pengendalian dan
meningkaikan efisiensi operasional.
Ketika
ukuran menjadi sesuatu yang penting dalam melakukan pembatasankonteks, ukuran
juga banyak dikaitkan dengan variabel-variabel lainnya. Kondisi idi membuat
"ukuran" tidak dapat memisahkandiri menjadi hanya satu variabel
sajasebagai contoh, struktur-struktur stabilitas lingkungan dan proses dapat
dikaidean dengan "ukuran". Ketika pendekatan ukuran menjadi faktor
Denting dalam menentukan perbedaan di antara konteks, tedapat banyak variabei
lainnya yang tiga dapat berhubungan dengan masalah-masalah ukuran. Hal ini
membuatn.2 menjadi tidak mungkin untuk mengisolasi setiap faktor tunggal,
seperti ukuran sebagai sesuatu yang dominan.
2.
Stabilitas
Lingkungan
Desain
pengendalian dalam lingkungan yang stabil dapat berbeda dari desain
pengendalian dalam lingkungan yang selalu berubah. Stabilitas dalam lingkungan
eksogen dapat dinilai dari kokuatan gerakan yang secara eksternal menghasilkan
produk-produk yang memerlukan suatu tanggapan. Derajat stabilitas lingkungan
dapat ditingkatkan dengan memilih alat yang tepat terhadap perubahan lingkungan,
seperti pengenalan sejumlah produk baru, tindakan-tindakan pesaing yang
melakukan metode produksi yang lebih baik atau efisien, atau inisiatif pihak
pengambil keputusan yang ruempengaruhi unit-unit kerja.
Suatu lingkungan
eksogen yang stabil diasumsikan dalam banyak pembahasan sistem biaya standar
dan analisis hubungan atas varians biaya.Asumsi ini memunculkan fakta yang
terpisah antara operasi yang sementara dengan lingkungan bisnis yang menuntut
adanya perubahan secara tems menerus. Dengan membandingkan antara biaya aktual
yang terjadi dengan standar yang telah ditentukan, subsistem biaya standar
menjadi penting untuk ditinjau. Analisis yang demikian tidaklah konsisten
dengan suatu rancang pengendalian yang ditujukan pada suatu ekspektasi. Jika
tanggapan terhadap lingkungan yang berubah adalah lebih penting, maka hanya
sekedar memenuhi standarstandar yangtelah ditetapkan pada akhir tahun bukanlah
suatu kunci kesuksesan. Beberapa akuntan beranggapan bahwa-rancarigan
pengendalian sebelum terjadinya suatu kejadian adalah pelengkap dari
retrospektif umum atau rancangan-rancangan yang berorientasi pada hal-hal yang
belum terjadi di depan. Kondisi tesebut dapat diharapkan ada dalam
pendekatan-pendekatan inovatif yang menjadi lebih umum manakala pendekatan
tersebut dipandang sebagai sesuatu yang penting untuk keberhasilan niat dan
minat kerja melalui perubahan manajemen.
3.
Motif
Keuntungan
Keberadaan dari
motif keuntungan tentunya bukanlahpenghalang untuk menggunakan ukuran-ukuran
penilaia, akuntansi terhadap prod uktivitas. Pada sisl lain, jelas bahwa sistem
pengendalian yang didasarkan pada motif dan ukuran-ukuran profitabilitas sering
kali tidak dapat diterjemahkan secara langsung pada konteks nirlaba (nonprofit).
Ukuran-ukuran laba adalah penting dan meskipun sulit dapat menjadi indikator
darikeberhasilan.
Manfaat terbesar
yang berkaitan dengan indikator-indikator berbasis laba adalah bahwa
indikator-indikator tersebut secara statistik akan tampak jelas jika diringkas.
Ringkasan-ringkasan secara statistik tersebut sering diartikan sebagai suatu
ringkasan atas keseluruhan keberhasilan dari sub-subsistem yang kompleks dan
sukar dipahami, dimana subsistem tersebut meliputi keseluruhan organisasi.
Ringkasan-ringkasan tersebut juga selalu ditafsirkan, baik secara benar maupun
secara salah, sebagai suatu ukuran terhadap keberhasilan individual dari para
manajer. Ketika motif laba tidak muncul, maka indikatorindikator lain dari
organisasi dan keberhasilan individu seharusnya didasarkan pada hal-hal
tersebut di atas. Dalam penentuan ini, pilihan terhadap ukuran,dan alternatif
telah terbukti menjadi suatu sumber yang konstan terhadap tujuan manajer dan
konsultan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa dengan adanya tantangan ini,
diperlukan perhatian masyarakat terhadap pencarian solusi terhadap
permasalahan-permasalahan umum dan kebutuhan-kebutuhan sosiai.
2.4
Faktor-Faktor Proses
Telah diketahui bahwa tujuan proses terhadap
pengendalian akuntansi dapat menjadi suatu penentu yang penting dalam
desainpengendalian. Terdapat banyak cara untuk mengkarakteristikkan proses
organisasi. Beberapa dari karakteristik ini dapat menjadi penting bagi tujuan
pengendalian, semientara yang lainnya mungkin bersifat terbatas dan tidak
memuat perbedaan: Proses sederhana maupun kompleksdanproses biaya variabel
maupun biaya tetap akan diperlihatkan secara singkat untuk mengilustrasikan
pentingnya proses variabel-variabel.
Proses
yang sederhana adalah salah satu yang dapat dikarakteristikkan dengan memahami
hubungan sebab akibat secara baik. Suatu proses yang kompleks melibatkan
berbagai hubungan yang tidak dapat dipahami dengan baik. Suatu proses sederhana
lebih mudah dikendalikan dibandingkan dengan proses yang kompleks. Biaya yang
tidak dapat dihindari terjadi pada unit-unit dalam perusahaan, seperti riset
dan pengembangan, pemasaran, dan administrasi karyawan.Hal ini sering
menimbulkan kesulitan dalam mendesain inisiatif-inisiatif pengendalian terhadap
aplikasi biaya yangtidak dapat dihindari karena adanya ketidakpastian dalam
pengaruh pengendalian.
Suatu faktor proses penting dalam penanganan
biaya-biaya yang tidak cepat dihindari dari biaya-biaya untuk melakukan
rekayasa adalah biaya variabel. Strategi pengendalian biaya untuk proses
strategi biaya variabel seringkali berbeda dalam hal substansi dengan
strategi-strategi pengendalian biaya yang disesuaikan, seperti aplikasi biaya
tetap.
2.5
Pertimbangan-Pertimbangan Rancangan
Pengendalian
telah didefinisikan sebagai suatu pilihan inisiatif karena diyakini bahwa
kemungkinan pencapaian hasil yang diharapkan adalah tinggi. Untuk memperbaiki
kemungkinan keberhasilan, para desainer akan mencari cara untuk menemukan
hubungan sebab akibat yang dipercaya bersifat nyata dalam lingkungan, sehingga
mereka memiliki kemampuan untuk mengantisipasi konsekuensi logis yang dapat
dihasilkan dari penambahan suatu pengendalian atau aturan pengendalian. Karena
lebih fokus pada perilaku dibandingkan pada mekanis, maka para desainer harus
mempertimbangkan istilah ekspoktasi dan kemungkinan dibandingkan dengan
kepastian dalam hal output. Pengembangan rencana hingga mencapai tingkat yang
sempuna menjadi tujuan yang tidak realistis. Sistem pengendalian didesain untuk
memperoleh hasil yang memuaskan. Suatu evaluasi yang pragmatis tehadap
keberhasilan secara kolektif seharusnya dapat menilai pencapaiankeuntungan yang
terjadi. Konstitusi Amerika Serikat merupakan contoh desain
pengendalian-pengendalian yang baik
diklaim secara luau sebagai
kesuksesan padalataran pracimatis yang menimbulkan saling pengaruh atas
kekuatan yang, walaupun jauh dari sempuma dalam segi efisiensinyatelah memberikan
harapan yang baik untuk negara. Maksud penggunaanpengendalian dalam organisasi
harus didesain dengan pemahaman atas konsekuensi keperilakuan yang besar
kemungkinan untuk dihasilkan dan merjadi apresiasi mengakomodasi
perubahan.
2.6Antisipasi terhadap Konsekuensi Logis
Antisipasi terhadap konsekuensi logis
merupakan elemen kunci dalam mendesain pengendalian. Hal ini penting bagi
seorang manajer keuangan yang terbiasa membuat pertimbangan berdasarkan pada
apakah suatu hasil itu baik atau buruk. Laporan keuangan memberikan informasi
untuk menentukan apakah hasil tersebut adalah tepat. Suatu pengendalian akan
berhubungan dengan hasil atau konsekuensi, baik yang tepat maupun tidak, tetapi
pengendalian lebihmencerminkan suatu konsekuensi perilaku terhadap strategi
pengendalian khusus.Contohnya, suatu studi tentang waktu dan gerak mesin
digunakan untuk menetapkan standar tenaga kerja dan waktu luang. Pada banyak
kasus, para pekerja akan mengambil manfaat pribadi dari rentang waktu luang
dan,baru bekerja benar-benar pada waktu ekstra guns menyelesaikan
tugas-tugasnya.Perilaku pekerja ini bersifat rasional, dapat diprediksi, dan
logis. Hal ini merupakan suatu konsekuensi logis yang sering dikaitkan dengan
pengenalan terhadap sistem biaya standar.
Manajer
yang berpengalaman seringkali mengantisipasi berbagai dampak yang berkaitan
dengan proses pengendalian yang mereka pahami. Bagaimanapun, seorang manajer
yang baru saja dipromosikan ke posisi baru atau berhadapan dengan teknologi
baru atau lingkup yang berbeda akan
berusaha menyeimbangkannya dengan sumberdaya ekstemal untuk mendapatkan
pemahaman terhadap lingkungan pengendalian. Literatur mengenai kasus bisnis
terbukti memberikan sumberdaya yang bermanfaat dalam memahami materi
pengendalian. Kasus-kasus yang berkaitan dengan topik seperti akuntansi
pertanggungjawaban dan skema harga transfer mampu meningkatkan pemahaman.
manajer atas dampak logis yang mungkin muncul tanpa manajer perlu, mengalaminya
sendiri. Dengan kata lain, pendekatan teoritis dapat berguna dalam
memprediksikan konsekuensi logis yang bekaitan dengan insiatif-inisiatif
pengendalian. Pendekatan teoritis untuk mempelajari teoriteori pengendalian
dapat ditemukan dalam aplikasi teori agensi untuk merancang pengendalian.
2.7
Keterkaitan dengan Teori Agensi
Teori agensi memudahkan antisipasi atas
konsekuensi logis dengan menyediakan suatu keraogka untuk pemahaman dan
selanjutnya meramalkan perilaku. Agen merupakan seseorang yang ditunjuk oleh
prinsipal untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh prinsipal. Agen mungkin
saja mempunyai satu set sasaran hasil yang berbeda dari prinsipal. Sebagai
contoh, suatu karyawan sebagai suatu agen lebih menyukai bersantai daripada
bekerja,
sementara pemberi kerja sebagai principal lebih menyukai mengerjakan pekerjaan
daripada bersantai. Untuk memotivasi agen agar mementingkan pekerjaannya
dibanding beristirahat, principal dapat membuat suatu kontrak untuk mengurangi
resiko agen akanbertindak " di luar kontrol" dan hanya mencari
kesenangan. Principal dapat mengalokasikan sumber daya untukmemperoleh kendali
dengan tiga jalan skemapengawasan, rencana insentif/penalty, dan asuransi atau
opsi risk-transferring. Agen, diasumsikan sebagai seorang yang bertindak
ekonomis dan rasional.
Kekuatan utama teori agen adalah kemampuannya
menyediakan desain pengendalian yang secara simultan membantu meningkatkan
kesejahteraan kedua belah pihak. Karena principal dan agen mempunyai fungsi
utilitas yang berbeda, mungkin saja perlu untuk mendisain suatu strategi
pengendalian (yaitu skema pengawasan, rencana insentif/penalty, atau opsi
risk-transferfing) yang akan meningkatkan kesejahteraan dari semua pinak.
Solusi jenis ini dikenal sebagai solusi "plus sum". Untuk
menggambarkan solusi seperti itu, diasumsikan bahwa suatu agen dapat dibujuk
untuk melaksanakan suatu tugas untuk suatu tingkat upah yang rendah jika ada
fleksibilitas dalam memilih jadwal kerja. Jika prinsipal tidak memperhatikan
kondisi-kondisi yang mengendalikan tugas, kontrak ini akan memberikan
keuntungan bagi prinsipal dengan adanya tingkat upahyang rendah dan agen
diuntungkan dengan jadwal yang fleksibel.
Teori
agensi menarik karena dapat digunakan untuk menjelaskan kejadian yang sering
terjadi. Teori agensi bagaimanapun juga memiliki beberapa keterbatasan utama.
Orang diasumsikan memiliki banyak peran dalam organisasi. Hubungan
prinsipalagen tertentu tidak dapat dipisahkari dari konteks dan dipilih untuk
pertimbangan mandiri. Teori agensi juga berasumsi bahwa suatu pandangan
kontraktual atas tingkah laku manusia akan dapat meramalkan konsekuensi logis
dengan tepat. Jika pandang:n kontraktual ini dikurangi menjadi hanya meliputi
penghargaan dan biaya-biaya yang secara obyektif diukur dengan unit moneter,
teori ini membawa ke konsep perilaku rasional prinsipal dan agen berdasar pada
kepentingan ekonomi. Aplikasi teori agensi yang dikurangi ini mengesampingkan
penanganan seperti penghormatan, prestasi, kesetiaan, dan kepuasan umum
lainnya. Teori agensi menyediakan suatu penilaian yang tidak akurat atas
perilaku, seseorang yang kompleks yang dapat diharapkan dalam situasi nyata.
Diskusi
teori agensi terdahulu menandai adanya hal di mana pendekatan teoritis dapat
memperjelas atau juga mengaburkan pemahaman yang diperlukan untuk menilai
konsekuensi logis individu membentuk suatu sintesa dari pengalaman masa lalu
mereka untuk memungkinkannya meramalkan konsekuensi logis berhubungan dengan
suatu desain
pengendalian.
Proses pengumpulan kecerdasan ini bersifat induktif dan, seperti semua
pendekatan induktif, individu menjadi peka terhadap perubahan dalam lingkungan.
Sehingga, mempelajari desain pengendalianharus didukung pengalaman rasa lalu,
tetapi harus pula membuat ketetapan dan mengantisipasi perubahan.
2.8
Mengelola Perubahan
Mengelola perubahan merupakan pertimbangan
penting dalam rancangan/desain pengendalian. Manajer melaksanakan pengendalian
untuk mencapai tujuan yang seringkali dihadapkan pada suatu dilema.Keberadaan
pengendalian dalam suatu perusahaan mungkin telah berhenti fungsinya manakala
terjadi perubahan, tetapi para nanajer biasanya khawatir terhadap perubahan
pengendalian tersebut, walaupun mungkin saja hal itu akan memberikan peluang
yang lebih besar untuk mencapai tujuan dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan perubahan tersebut. Suatu tantangan yang lebih
logis dan lebih menimbulkan ketegangan adalah ketika manajer tidak tanggap
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
Banyak
organisasi menggunakan konsultan dari luar atau auditor internal untuk
mendorong sistem pengendalian yang baru. Walaupun rekomendasi dari konsultan
luar atauauditor internal tersebut sejalan dengan strategi yang diajukan oleh
manajemen puncak perusahaan, para penasehat tersebut selalu berada pada posisi
yang mempengaruhi penyebab dari suatu peristiwa karena hubungan laporan khususnya
kepada manajemen puncak.
Dalam jangka panjang, perusahaan akan
memelihara lingkungan pengendalian melalui suatu proses perubahan dan
kompensasi. Hal ini terjadi ketika rancangan-rancangan pengendalian
dimodifikasi melalui proses regenerasi internal secara berkelanjutan atauketika
perubahan disebabkan oleh faktor eksternalyang berdampak pada organisasi,
seperti kehilangan konsumen utama atau kegagalan keuangan yang serius pada
perusahaan inti dalam industri tertentu. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang
telah mengalami sanksi yang berat akibat infleksibilitas dan pendekatan
pengendalian yang sangat tersefitralisasi akan berusaha untuk melakukan
desentralisasi. Sementara, prusahaan yang sama, setelah beberapa tahun
menekankan padadesentralisasi, akan mencari cara untuk mengompensasikan sanksi
berat yang terkait dengan inefisiensi dari pendekatan- pendekatan
desentralisasi melalui berbagai tingkat sentralisasi kembali. Dalam dinamika
semacam ini, terdapat suatu kecenderungan untuk bersikap kritis terhadap
organisasi karena tampaknya aca kebingungan terhadap tujuan-tujuanpengendalian.
Kritikan ini secara implisit mengasumsikan bahwa suatu organisasi. harus secara
konsisten mencari suatu keseimbangan pengendalian yang spesifik, dan dalam
banyak kasus, asumsi ini sangat sukar ditentukan. Dalam organisasi yang
kompleks, keseimbangan dalamlingkungan pengendalian memerlukan perubahan dan
kompensasi yang tems menerus. Posisi keseimbangan bersifat dinamis, tidak
statis. Hanya, melalui perubahan dan kompensasi., perusahaan dapat menjaga
status pengendalian yang konstan dalam organisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Pengendalian did,finisikan sebagai
suatu inisiatif pilihan karena diyakini bahwa kemungkinan untuk memperoleh
hasil yang diinginkan akan meningkat. Suatu sistem pengendalian yang
komprehensif dopat ditemukan pada perencanaan, operasi, dan kegiatan umpan batik
dalam organisasi. Agar menjadi komprehensif, desain sain pengendalian harus
responsif terhadap lingkup organisasional. Meski jumlah faktor-faktor
kontekstual yang mempengaruhi organisasi hampir tidak terbatas, beberapa faktor
yang penting dalam desain pengendalian telah didiskusikan. Desain sistem
pengendalian menjadi kompleks dan rumit, sehingga desainer harus berusaha
memahami hubungan sebab-akiabt dan mengantisipasi konsekuensi logis. Lebih
jauh, desain pengendalian harus dinamis dan tujuannya harus bersifat tetap dan
diarahkan melalui proses adaptasi berlanjut dan perubahan. Desain pengendalian
harus ditutapkan dengan berbagai kemungkinan dan perbandingan biayamanfaat,
bukannyakepastian dan kesempurnaan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar